Imam Syafi'i: Sang Imam Mazhab Keturunan Rasulullah (I)
Imam Syafi'i: Sang Imam Mazhab Keturunan Rasulullah (I)
SALAH seorang Imam mazhab yang terkenal dalam sejarah adalah Imam Syafi’i. Beliau merupakan ulama yang sangat populer dan kharismatik dalam pandangan umat Islam di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khusunya. Dapat diberikan sebuah gambaran tentang bagaimana ia menjalani pengembaraan intelektualnya hingga menjadi pakar dalam bidang hukum Islam, yang banyak belajar pada ulama-ulama terkemuka pada masa di mana beliau hidup.
Imam Syafi'i adalah seorang sufi yang mempunyai nama lengkap Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Idris ibn al-‘Abb?s ibn ‘Utsman ibn Syafi’ ibn al-Sa`ib ibn ‘Ubaid ibn ‘Abd Yazid ibn Hasyim ibn ‘Abd Muthallib ibn ‘Abd Manaf al-Muthallib ibn Qushai, anak pamannya Rasulullah SAW. Imam Syafi’i dilahirkan di Palestina pada tahun 150 H dari seorang ibu yang bernama Fathimah ibnti Abdullah ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib tepat pada pertengahan abad ke II Hijriyah di tanah Gazza. Sebuah wilayah ‘Asqalan yang letaknya dekat dengan pantai lautan putih (lautan mati) sebelah tengah Palestina (Syam), dan wafat di mesir pada tahun 204 H.
Orang tua Imam Sy?fi’i adalah keturunan Quraisy Mekkah yang kemudian ia pindah ke Palestina dan melahirkan Imam Sy?fi’i di Palestina. Melihat dari nama lengkap Imam Sy?fi’i, beliau masih mempunyai jalur keturunan dengan Nabi Muhammad. Imam Sy?fi’i yang lahir di Palestina kemudian dibawa pindah oleh ibunya ke Mekkah karena ditinggal mati oleh ayahnya, sehingga Imam Sy?fi’i hidup sebagai anak yatim.
Sudah menjadi kelaziman di kalangan manyoritas kita sebagai manusia, yang bahwa di mana tempat kita lahir maka di situ pula menjadi kampung halaman, tapi sebalik dengan Imam Sy?fi’i. Kampung halaman Imam Sy?fi’i bukan di Gazza (Palestina), tetapi di Mekkah (Hijaz). Hanya saja ibu-bapaknya datang ke Gazza untuk suatu keperluan, dan Imam Sy?fi’i ditakdirkan lahir di Gazza.
Imam Sy?fi’i belajar membaca Alquran, kemudian setelah ia sudah dapat membaca Alquran, ia pindah ke suatu desa yang banyak dihuni oleh orang Arab yaitu desa Huzail, dan di desa inilah ia mendalami belajar bahasa Arab beserta sastranya.[] bersambung
Referensi :
1. Muhammad Bin Idris al-Sy?fi’?, al-Ris?lah, (t.tp: al-Aqsha, t.t), h. 7.
2. Moh. Zadittaqwa dkk, Jendela Madzhab, (Kediri: Lirboyo Press, 2011), h. 1.
3. Labib MZ-Drs. Farid Abdullah, Kisah Kehidupan Para Sufi Terkemuka, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 1998), h. 22.
4. Siradjudin Abbas, Sejarah Dan Keagungan Madzhab Sy?fi’?.
Komentar
Posting Komentar